Bermain di Maros

Berbekal tiket promo akhirnya gue bisa juga menjejakkan kaki di Makasar dan bermain di Maros! Ada apa di Maros?

Ramang-ramang

bebatuan dan sawah di ramang-ramang

Ini merupakan tujuan utama gue dalam rangkaian perjalanan ke Sulawesi Selatan: Ramang-ramang – yang katanya karst terbesar kedua di dunia setelah Halong Bay! Gila… Penasaran banget dong? apalagi gue emang baru dari Halong Bay juga bulan April 2013 ini, ditambah hasil baca-baca transportasi untuk menuju kesananya tuh nggak mudah, karena ternyata tempat wisata ini belum populer bahkan untuk warga Makasar itu sendiri. Meski demikian kalau mau nyari info mengenai ramang-ramang sih masih bisa kok, ada beberapa blog yang dengan detail ngasih tau caranya,

Kebetulan, kunjungan gue ke Makasar ini dapet host yang baiknya banget-bangetan! Jadi kalo rute angkutan umum dari Makasar menuju Maros gue nggak paham (katanya kalau naik angkot ambil pete-pete jurusan Pangkep), yang pasti patokannya adalah pertigaan pabrik semen Bosowa. Abis itu kita mesti jalan kaki atau naik ojek sekitar 500m, nah abis itu ada jembatan dan letak dermaganya ada di sebelah kiri jalan dan dibawah. Baiknya sih tanya-tanya letak dermaganya dimana persisnya karena nggak ada tanda apapun. Begitu turun ke dermaga (kecil) sambutannya ya sudah bebatuan. Batu-batu ini kayak dilempar awur-awuran sama yang nyiptain… Keren!

dermaga ramang-ramang

Kita menyusuri sungai yang cukup dangkal dan silakan gunakan daya imajinasi kalian saat ‘bermain’ disini. Ada segala macam ukuran dan bentuk bebatuan. Gue sampe bengong dan capek sendiri karena sibuk menoleh ke kiri, kanan dan belakang terus menerus. Nggak mau kehilangan ngeliat 1 batu pun. Hahaha…  Di bagian paling ujungnya kita bisa merapat dan turun untuk liat gua. Nah, diujungnya ini juga pemandangannya buat gue spektakuler banget! Cantiiikkkk…

Siang itu di Maros lagi panas banget tapi kita tetep aja jalan di pematang sawah untuk menuju ke gua. Guanya sendiri buat gue biasa aja, karena nggak besar dan tidak seperti bentuk gua yang gue tau :p Oya, disini ada juga rumah penduduk dan info yang gue dapet kita bisa loh kalau mau bermalam dirumah mereka. Duh, pasti seru banget melewatkan malam dan pagi di ramang-ramang. Kapan-kapan ah!

sawah di ramang-ramang
karst ramang-ramang

Taman Prasejarah Leang-leang

Tempat ini gue kunjungi setelah dari Ramang-Ramang dan sepanjang jalan menuju ke Leang-leang banyak juga bebatuan berarakan dimana-mana. Seru banget ngayal bentuk batu-batunya mirip apaan aja sambil kagum karena di sekelilingnya banyak rumah penduduk dan juga sawah.

penampilan leang-leang

Kalau Ramang-ramang nggak ada pengurusnya, di taman prasejarah Leang-leang ini udah diurus dengan baik. Baik dalam arti ada gerbangnya, papan nama, lahan parkir dan dengan membayar uang masuk sebesar Rp. 10.000/orang maka kita bisa menjelajah dengan ditemani seorang guide. Nggak menjelajah juga sih, soalnya jalur jalannya sudah ada dan area Leang-leang ini nggak luas, hanya Ada 2 buah gua yang bisa kita liat.

Gua yang pertama… Nggak kaya gua. Tinggi dan nggak ada bagian yg menjorok ke dalamnya (setidaknya ini bayangan gue akan bentuk gua). Kalau kita naik ke atas perhatikan deh ada cap tangan disini dan ternyata mengapa bentuknya begini karena gua ini memang tidak digunakan sebagai tempat tinggal melainkan untuk berdoa.

cap tangan di leang-leang
ini dapurnya!

Gua yang kedua cukup besar ukurannya dan dicurigai (oleh guidenya) digunakan sebagai rumah tinggal karena dibagian depan gua ada banyak kulit-kulit kerang bertebaran di lantai dan mereka pernah coba gali makin ke dalam makin banyak kerangnya sehingga diperkirakan itu adalah bagian dapurnya.

Karena gue udah ke Ramang-ramang duluan, buat gue taman prasejarah Leang-leang ini jadi kurang seru :p

TN. Bantimurung-Bulusaraung

air terjun Bantimurung

Kunjungan ke air terjun Bantimurung dilakukan paling akhir dan karena udah sore ditambah nggak bawa baju renang jadi pas ke air terjun Bantimurung ya cuma buat liat-liat aja. Areanya ternyata keciill… Nggak heran kalau tiap weekend katanya padat sama tamu yang berwisata trus tiket masuknya juga nggak mahal, Rp. 15.000/orang.

Air terjunnya buat gue sih bagus apalagi gue nggak banyak referensi mengenai air terjun. Bagian yang airnya terjun itu cukup lebar dan arusnya nggak deres, jadi suara airnya masih enak untuk dinikmati, trus saat gw kesana lagi banyak orang yang main ban gitu… meluncur ke bawah. Duh, pengen… Air terjunnya bertingkat dan makin ke bawah ya semakin tenang airnya bahkan menyerupai kolam renang. Pasti asik kumkum disini ;)

‘kolam renang’ di Bantimurung

travelled on May 2013

Total
0
Shares
Comments 6
  1. kalo pas bulan september sawahnya pada menghijau gak ya?? soalnya kalo gw liat, pas panen gitu kurang asik ga ada ijo2nya samsek. Di bantimurung bnyak kupu2nya gak ya?? dari maros ke bantimurung brp menit?? huhu nanya mulu :p

    1. wah, kurang tau nih pas September keadaannya gimana…. di Bantimurung ada masanya kupu-kupu beterbangan, pas musim kemarau katanya. Maros ke Bantimurung sekitar 1 jam :)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Prev
Seoul: Hujan Salju Untuk Pertama Kali ^.^

Seoul: Hujan Salju Untuk Pertama Kali ^.^

Ajakan untuk tahun baruan ke Korea Selatan awalnya menyenangkan “ayo dong!

Next
Itinerary West Flores

Itinerary West Flores

15 Aug: penerbangan malam Jakarta-Denpasar, nginep semalam 16 Agustus:

You May Also Like
Exit mobile version