Vientiane, Laos – Pembuka yang Manis

Gak pernah kebayang sebelumnya kalo saya akan ke Laos. Ada apa di Laos? Ngapain aja kegiatannya? Gimana makanannya? segala pertanyaan itu dan pertanyaan lainnya terjawab dalam perjalanan saya selama 7 hari di negara ini :) Saya suka Laos… Kenapa? entahlah… semuanya pas disini untuk saya dan mungkin juga karena saya nggak punya ekspektasi apa-apa sebelumnya (note taken from this trip: lower your expextation). Rasa makanan yang pas di mulut, suasana kota yang menyenangkan dan kegiatannya (termasuk shoppingnya!).

Welcome to Vientiane

Vientiane – The Capital City

Vientiane ini merupakan ibukota Laos dan airlines yang bersangkutan hanya memiliki rute penerbangan kesini (itu pun dari Kuala Lumpur), jadilah ini kota pertama yang saya dan 3 orang teman lainnya kunjungi. Hasil research berkata kalau nggak banyak yang kita bisa lihat atau lakukan di Vientiane maka kami memutuskan untuk hanya semalam saja disini. Nggak nyangka pas mendarat kalo ternyata kota ini cukup modern :D Bangunannya, jalanan yang rapih daaaan ternyata buanyak banget turis kulit putih berkunjung kesini!

Vientiane Backpacker Area

Selesai mendarat dan kelar urusan imigrasi yang dilakukan pertama adalah kirim postcard untuk orang-orang terdekat! HAH! Di Indonesia (Jakarta) kita nggak nemuin satu pun money changer yang bisa untuk nuker IDR ke KIP dan ternyata nilai tukar di bandara dan di tempat lain selama di Vientiane sama aja :) Pilihan menuju tengah kota ada taksi dari dalam bandara atau jalan kaki keluar bandara dan naik tuk-tuk. Sudah tentu harganya beda jauh antara dua pilihan itu. Naik tuk-tuk bayarnya 7.500 KIP/orang.

Penginapan yang kami sudah pesan sebelumnya ternyata hotel, bukan hostel! haha… Namanya emang Intercity Hotel, tapi harganya mureeee makanya pas check-in agak norak gitu. Lokasinya bukan di area backpacker, melainkan di depan night market yang sukses bikin bablas di hari pertama. Backpacker area di Vientiane terletak tidak jauh dari hotel kami, hanya jalan beberapa menit ke belakang langsung keliatan suasana huru-hara. Sepintas Vientiane buat saya mirip dengan Legian-Seminyak :) Banyak pilihan tempat makan mulai dari restoran sampai warung-warung pinggir jalan dan penginapan berserakan di sepanjang jalan.

Kamar hotelnya
Intercity hotel

Seightseeing

Di Vientiane sih nggak banyak yang kita kerjakan, cuma liat temple deket hotel, That Dam Stupa, Patuxai Gate dan Pha That Luang itu pun dibagi dalam 2 hari. Vientiane kecil (setidaknya jarak2 spot wisata yang saya datangin) dan tadinya mau sewa sepeda, eh tapi nggak tau juga kenapa nggak jadi. Hari pertama setelah check-in kita mulai jalan kaki nyari That Dam Stupa, dan selama jalan kaki itu sebenernya melewati bangunan-bangunan tua yang dijadiin kantor pemerintah. Cuma mungkin karena mood di Vientiane udah keburu di set sebagai kota transit jadi ya selewatnya aja deh sama bangunan-bangunan itu. That Dam Stupa ini aneh banget lokasinya, ada di tengah-tengah rumah, club house dan restoran trus berdiri aja seonggok bangunan hitam. Hahaha… Karena capek jadi disini ya cuma foto-foto bego2an dan istirahat sebentar.

Black Stupa
Wat deket hotel

Patuxai gate ini mengingatkan saya sama Gate of India. Mirip. Letaknya ada di tengah kota, mungkin kalo di Indonesia namanya alun-alun. Hehe.. Kita nyampe udah sore jadi di area Patuxai ini rame dengan warga yang JJS. Ternyata dari hotel-That Dam Stupa-Patuxai Gate ini jaraknya jauuuuuuh…. Yang ada nyampe disini udah keburu lelah. Foto-foto bentar trus ngaso lama. Karena udah nggak tau mau ngapain, akhirnya menjelang sunset balik ke hotel naik tuk-tuk :p

Besok paginya sebelum meninggalkan Vientiane kami menuju ke Pha That Luang, wat (temple) yang masuk list wajib kunjung kalau kita ke Vientiane. Jaraknya jauh, jadi kita pakai tuk-tuk untuk kesini. Areanya luas banget dan bangunannya sendiri cantik, dengan ukiran-ukiran dan warna emas yang dimana-mana… Jadi berasa mewah. Masuk ke area temple-nya mesti pakai pakaian sopan dan karena kita pakai celana pendek jadinya dipinjemin kain khas Laos (yang kemudian menyita perhatian krn kita sibuk foto dengan kain itu dan kemudian ngibrit ke pasar di belakangnya untuk nyari kain sejenis). Saya, udah bosen sama temple.. Jadi semenarik apapun buat saya cuma jadi sekedar pengisi waktu. Hehe…

Patuxai Gate
Phat That Luang

Shopping!

Night market Vientiane

Errr… ini cukup mengesankan buat saya. Gak masuk budget sama sekali tapi malah bikin bangkrut di hari pertama! Pret! Lokasinya di depan hotel.. persis!!! Bukanya dari sore sampe malam dan kami kan nggak banyak kegiatan ya di hari pertama itu, jadinya sekitar jam 5an udah kembali ke hotel dan mejeng di pasar malam ini. Oooohh.. ini sungguh berbahaya! Rencananya tuh balik ke hotel buat istirahat, mandi, packing trus makan malam. Rupanya manusia memang hanya bisa berencana. Kelar dari Patuxai, mampir ke night market, belanja, taro barang di hotel, itung duit, belanja (lagi) trus makan malam. Semua barang di pasar malam ini mau dibeli!!!!! Celana pendek, kaos, tempelan kulkas buat oleh-oleh, sendal, tas… Aaaakkk… semuaaaa!!!! Kami udahan karena pasarnya mau tutup! Vira kelar belanja duluan karena dia yang paling nggak tahan iman (dan udah ditungguin bang Fauzi Baadilah di kamar), sementara saya-Mumun-Ucy bertahan sampe akhir karena nggak rela ninggalin pasar itu. Kita foto-foto dong dan keliling-keliling seluruh pasar nggak tau berapa puteran. Huahahahaha… norak! Damn you, night market Vientiane! Saya saranin nggak usah kesini deh! Blah!

menggila di night market
dompet di night market

Nom Nom Nom

Laap

Karena mau hemat budget jadi kita makan siang di rumah makan sederhana di entah dimana :p dan makan malam sengaja yang kerenan dikit karena mau gaya. Hehe… Pas makan siang makan mie goreng dan semacam capcay, nah kalo malemnya sok-sok Lao gituu.. Makan Laap yang emang makanan khas Laos dan minum Lao Beer! Laap yang saya makan itu ayam suwir-suwir yang dimasak dengan daun apa nggak tau, tapi rasanya mint gitu tapi saya yakin itu bukan daun mint, dan di Laos nasinya itu nasi ketan. Duh, sedep. Slruuup…

Sorenya sempet jajan pisang asep di pinggir jalan bagian luarnya keras gitu tapi dalemnya empuuk… karena rasanya manis dan saya doyan pisang jadi sih enak-enak aja. Trus sempet juga jajan es dung-dung dan kita di tepu! Selain kita kira itu es krim yg enak gitu trus pas nanya harga dia jawab dong harganya 5.000 Kip (tapi trus liat stiker di gerobaknya kalo tertera harga 500 Kip!!!). Untung kita turis baik hati, jadi anggep aja deh nyumbang. Hah! Kopi di Laos itu enak gak enak… Pait banget tapi yang bikin jago ngeracik si kopi super pait itu dengan susu kental manis. Alhasil saya selalu minum kopi susu saat di Laos.

Lao Ice Coffee
menu makanan di Vientiane

Makan siang hari terakhir kita lakukan di Cafe Via-Via, sebuah cafe yang juga ada di Jogjakarta. Nemunya nggak sengaja gitu dan saya inget kalau Vira suka banget dengan cafe ini di Jogja trus saya cuma komentar “eh, namanya sama nih sama restoran kesukaan lo di Jogja” dan kemudian dia baru inget gitu kalo emang ternyata ini cabangnya dan Vira terharu kalo dari sekian cabang yang Cafe Via-Via miliki dia bisa makan di Vientiane :p

Perjalanan 7 hari Laos dibuka dengan manis oleh kota Vientiane :)

April 2012

Total
0
Shares
Comments 12
  1. Keren euy bisa ke laos… Jd pueeengen bianget. Btw,ke vientiane naek apa yg murmer dr jkt??ato dr KL aja???plis info nya…thanks

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Prev
Vang Vieng, Laos: Antara Ada dan Tiada

Vang Vieng, Laos: Antara Ada dan Tiada

Vang Vieng ini adalah kota yang bagai ilusi karena nggak selalu tercantum di

Next
5 benda wajib dibawa!

5 benda wajib dibawa!

Duluuuu… daftar ini pasti susah banget bikinnya maunya segala barang

You May Also Like
Exit mobile version